aku saksikan sepasang mataku
menghamburkan jutaan
kunang-kunang, kuning
seperti daun lerai dari ranting
kunang-kunang itu berkerumun di ujung-ujung
jari tanganku menyematkan ciuman terakhir
sebelum berkilauan terbang di udara
kunang-kunang itu melanlang mencari sepasang
matamu yang berada dalam sebuah pejam yang lain,
pejam yang telah lama direncanakan alam dan malam,
dan engkau menyangka kunang-kunang
yang masuk ke matamu adalah mimpi,
mimpi yang kau duga-duga maknanya
namun pada saatnya kau akan tahu,
kalak kunang-kunang itu terbang
hinggap di kelopak pipimu
setiap kali aku engkau kenang
aan mansyur, salah satu dari "tiga catatan terakhir"
keren bang :D
BalasHapusemang puisi itu sesuatu banget :)
Hapus