Berkenaan
dengan tema “Optimalisasi Peranan Kelembagaan dalam Pemerataan Pembangunan
Indonesia” yang terkandung dalam pesan (artikel) berjudul “Impian: Konferensi di
Kalimantan” dan “Kerjasama Pusat-Daerah” di www. darwinsaleh.com, saya
berpandangan bahwa saya setuju karena kelembagaan yang baik akan memberikan dampak
positif pula kepada masyarakat disekitar daerah tersebut agar mampu membangun
daerah mereka.
Indonesia
adalah negara agraris yang terdiri dari banyak pulau dan kepulauan serta
didukung dengan sumberdaya perairan. Indonesia mempunyai wilayah yang sangat
luas yang membentang dari barat ke timur sepanjang 5.110 km dan membujur dari
utara ke selatan sepanjang 1.888 km. Dengan wilayah seluruhnya mencapai
5.193.252 km2 yang terdiri atas 1.890.754 km2 luas daratan dan 3.302.498 km2
luas lautan. Luas daratan Indonesia hanya sekitar 1/3 dari luas seluruh
Indonesia sedangkan 2/3-nya berupa lautan. Data ini menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki potensi besar untuk mengembangkan hasil agrarianya.
Ekonomi
sosial pertanian sudah tidak dipungkiri lagi merupakan suatu hal yang membawa
berkah bagi masyarakat di Indonesia karena sebagian besar masyarakat Indonesia yang
berpenghasilan mengengah ke bawah, mayoritas di dominasi oleh masyarakat
petani. Apabila kita menelaah hasil dari pertanian kita jelas sudah erat kaitannya
dengan adanya kemiskinan di Indonesia karena petani sering dikaitkan dengan
istilah kemiskinan. Penghasilan petani di Indonesia masih rendah karena adanya
kelembagaan yang kurang memihak kepada para petani dalam penyediaan modal. Hal
ini disebabkan lahan yang mereka miliki hanya sekitar 0,3% dari luas lahan.
Tentu ini pukulan keras bagi para pemimpin pusat maupun pemimpin-pemimpin
daerah di Indonesia. Apa jadinya bangsa ini tanpa petani.
Sebaliknya
pertumbuhan teknologi perindustrian di Indonesia semakin berkembang pesat yang
sangat didukung oleh pemerintah. Salah satu faktor pendukungnya dalah karena
adanya Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang mengarahkan sektor
industri sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, pencipta lapanan
pekerjaan baru, sumber peningkatan ekspor dan penghematan devisa, penunjang
pembangunan daerah, penunjang pembangunan sektor-sektor lainnya serta sekaligus
sebagai wahana pengembangan dan penguasaan teknologi.
Walaupun pada awalnya Repelita berbicara pemenuhan kebutuhan dasar dan penekanan pada sektor pertanian, akan tetapi hal ini hanya dilakukan dalam waktu 5 tahun pertama yaitu pada Repelita I. Sedangkan suatu pembangunan pertanian tidak cukup hanya dibangun dan direncanakan hanya dalam waktu 5 tahun. Kita seharusnya tidak hanya mempunyai rencana 5 tahun ke depan, akan tetapi harus memiliki rencana pembangunan yang lebih matang dan direncanakan dalam waktu 60 tahun ke depan agar Indonesia dapat memiliki masterplan jelas dan tentunya harus dilaksanakan dengan taat dan penuh ketegasan. Sudah ada contoh tentang kejadian dari ketidaktegasan dalam suatu pembangunan dan pengelolaan, yaitu mengenai masterplan yang dijalankan dengan baik, penuh ketegasan dan ketaatan. Saya mendapatkan cerita dari ayah saya mengenai masterplan pembangunan ibukota Jakarta, dan ibukota Kuala Lumpur. Ayah saya menginformasikan kepada saya bahwa dahulu saat ia masih duduk di bangku kuliah Jurusan Teknik Sipil ia sering diberitahu beberapa hal mengenai pembangunan bahwa Indonesia dan Malaysia memiliki masterplan yang sama dalam pembangunannya. Pada kenyataannya pada saat ini Indonesia tertinggal jauh oleh rekan se-“masterplan”-annya karena kurang tegas dalam membangun ibukota sehingga masterplan tidak dijalankan dengan baik.
Walaupun pada awalnya Repelita berbicara pemenuhan kebutuhan dasar dan penekanan pada sektor pertanian, akan tetapi hal ini hanya dilakukan dalam waktu 5 tahun pertama yaitu pada Repelita I. Sedangkan suatu pembangunan pertanian tidak cukup hanya dibangun dan direncanakan hanya dalam waktu 5 tahun. Kita seharusnya tidak hanya mempunyai rencana 5 tahun ke depan, akan tetapi harus memiliki rencana pembangunan yang lebih matang dan direncanakan dalam waktu 60 tahun ke depan agar Indonesia dapat memiliki masterplan jelas dan tentunya harus dilaksanakan dengan taat dan penuh ketegasan. Sudah ada contoh tentang kejadian dari ketidaktegasan dalam suatu pembangunan dan pengelolaan, yaitu mengenai masterplan yang dijalankan dengan baik, penuh ketegasan dan ketaatan. Saya mendapatkan cerita dari ayah saya mengenai masterplan pembangunan ibukota Jakarta, dan ibukota Kuala Lumpur. Ayah saya menginformasikan kepada saya bahwa dahulu saat ia masih duduk di bangku kuliah Jurusan Teknik Sipil ia sering diberitahu beberapa hal mengenai pembangunan bahwa Indonesia dan Malaysia memiliki masterplan yang sama dalam pembangunannya. Pada kenyataannya pada saat ini Indonesia tertinggal jauh oleh rekan se-“masterplan”-annya karena kurang tegas dalam membangun ibukota sehingga masterplan tidak dijalankan dengan baik.
Industri
dan pertanian merupakan sektor yang saling mendukung untuk membangun bangsa
dimana harus ada keselarasan sistem yang baik dari pemimpin Indonesia. Jika
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia jauh lebih unggul
disbanding dalam hal Sumber Daya Alam. Namun, Sumber Daya Alam Indonesia yang
begitu luas ternyata tidak menjamin majunya bisnis pertanian di Indonesia.
Misalnya saja dalam hal pemenuhan kebutuhan garam Nasional, Indonesia masih perlu mengimpor,
padahal panjang garis pantai Indonesia terpanjang keempat di Dunia. Kembali ini
menujukkan lemahnya keprihatinan untuk membangun sistem khususnya pertanian.
Saya sendiri kurang suka membanding-bandingkan dengan negara lainnya, akan
tetapi contohnya saja Denmark yang bukan salah satu negara agrarian dapat
meningkatkan hasil ekspor pangannya. Hasil pangan Denmark naik dapat meningkat
dua kali lipat dalam 12 tahun dari tahun 2000-2012. Badan PBB juga
memproyeksikan bahwa produksi pangan harus ditingkatkan 70% dalam empat puluh
tahun ke depan atau tepatnya pada tahun 2050 untuk menyeimbangi penduduk dunia,
bila hal ini tidak dilakukan maka 370 juta orang akan menghadapi ancaman
kelaparan pada tahun tersebut. Tentunya semua fenomena ini memanggil Indonesia
sebagai negara agraris untuk meracik, menanggap dan merespon.
Tentunya
bukan hal yang mudah untuk membangun bangsa jika hanya melihat dari sebagian
sudut mata saja masih ada sektor perindustrian, perdagangan, hubungan luar
negri, keamanan negara, pendidikan, keagamaan, keuangan, kehutanan,
perhubungan, kesehatan, komunikasi, lingkungan hidup dan lain-lain. Akan tetapi
beberapa yang ingin saya dijelaskan dalam artikel ini adalah adanya keharmonisan
dan keselarasan dalam dan antar sektor akan mencapai suatu titik temu jika kita
memiliki pemimpin berjiwa cerdas. Saya memberikan contoh kepada adanya akar
permasalah pertanian yang belum tuntas menurut kacamata studi saya. Impian
Konferensi di Kalimantan mempertegas suatu hal bahwa ketertinggalan infrastruktur
di daerah-daerah Indonesia yang masih sangat-sangat rendah. Pelik mendengar
kabar bahwa keindahan alam Kalimantan terlupakan karena kekurangan infrastuktur
dan fasilitas-fasilitas yang masih jauh bila dibandingkan dengan infrastruktur
dan fasilitas-fasilitas yang ada di Bali mengingat potensi yang dimiliki oleh
Kalimantan. Justru seharusnya di daerah terkait tersebut dibuat fasilitas dan
infrastruktur yang memadai untuk mengadakan acara seminar dan
konferensi-konferensi. Karena jelas sudah yang memiliki potensi adalah pulau
Kalimantan, akan tetapi malah arah pembangunan bukan disalurkan kepada daerah
yang memiliki potensi tersebut.
Seiring
dengan kejadian yang ada di daerah seperti saat ini mendukung untuk pengadaan
integrasi antar pusat dan daerah yang disampaikan sebelumnya bahwa jika kita
melihat di luar negri maka orang-orang luar negri memulai dari bawah, dari akar
permasalahan yang pokok dan urgent bagi masyarakat yaitu kesejahteraan
masyarakat itu sendiri. Pembangunan/pengembangan industri pangan akan membantu terciptanya
lapangan pekerjaan sekaligus terciptanya ketahanan pangan. Jika mereka merasa
diperhatikan maka akan tumbuh kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap
pemerintahannya bahwa mereka sedang bekerja untuk rakyat. Seiring dengan
pernyataan ini maka akan membangkitkan sekaligus mengembalikan kencintaan masyarakat
kepada bangsanya sendiri. Banyak perusahaan swasta yang telah menerapkan sistem
yang baik pada perusahaannya dengan sistem padat karya. Contohnya saja
perusahaan pemulia benih jagung di Sumatera Barat, PT. Citra Nusantara Mandiri.
Mereka mengajak para petani untuk menanam jagung agar jagung yang telah petani
tanam di jual kepada perusahaan tersebut dengan harga yang telah ditentukan
sebelumnya, akan tetapi input pertanian seperti pupuk, obat tanam, benih dan
alat disediakan oleh perusahaan. Itu juga saat hasil panen tiba, hasil panen
langsung dijemput oleh perusahaan sehingga petani tidak usah repot-repot untuk
mengirim hasil panen ke perusahaan. Dan pekerja pemipil dan grading benih
jagung dilakukan oleh tenaga manusia, tentunya dengan manajemen yang baik dan
terintegrasi. Seharusnya perusahaan pemerintah dapat meniru dan
mengadopsikannya ke perusahaan milik pemerintah itu sendiri.
Selain itu, terdapat isu-isu dan pengembangan yang harus diketahui dan dilaksanakan strategi pengembangannya seperti Asean Economic Community 2015, pemaksimalkan menjadi kunci untuk pengembangan dan perambah pasar internasional.
Selain itu, terdapat isu-isu dan pengembangan yang harus diketahui dan dilaksanakan strategi pengembangannya seperti Asean Economic Community 2015, pemaksimalkan menjadi kunci untuk pengembangan dan perambah pasar internasional.
Dari hal di atas kembalilah kita ke artikel
pertama kita bahwa jangan sampai Sumber Daya Alam yang berlimpah ini tidak didukung
dengan adanya kekuatan sosial hanya karena kurangnya peran kelembagaan dari
pemerintah untuk membangun daerahnya masing-masing. Agar kita dapat membangun
Indonesia mulai dari bawah, dari akar. Perubahan menjadi harga mati untuk membangun
bangsa ini, jika tidak mulai dari kerikil kecil maka tidak akan ada gunung di
bumi, jika kita tidak mulai dari bawah dari bagian terkecil maka takkan ada
bangsa yang Berjaya. Mari kita temukan jalan ajaib untuk menuju impian kita “Indonesia:
Negara Maju.”
“Tulisan ini dibuat
untuk mengikuti lomba blog dari www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya
sendiri dan bukan merupakan jiplakan”.
References:
1. id.wikipedia.org
2. www.bbc.co.uk
References:
1. id.wikipedia.org
2. www.bbc.co.uk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar