Hari ketiga (Selasa, 25 Juni 2013)
Pagi ini adalah pagi yang paling dingin daripada kemarin.
Kami memulai agenda kami membagi tugas menjadi 2 tim, tim untuk mengurus
legalitas kami di kecamatan cisarua dan tim untuk mengobservasi potensi yang
ada di desa tugu utara. Sebelum keberangkatan kami memasak makanan yang cukup
banyak dan bervariasi daripada saat hari-hari lain, yah cukup istimewa dengan
telur bumbu bali chef kami anis dan sayur tauge dengan irisan bawang caca si “jago
masak” :p
Saya sendiri berangkat pukul 09.00 menuju kantor kepala desa
tugu utara untuk mendapatkan surat pengantar kepada kecamatan karena akses
menuju kecamatan cukup jauh maka saya naik motor dan keempat teman saya yang
lain memulai observasinya kepada ketua rt kami pak beni. Selanjutnya saya
mendapatkan beberapa hal yang kurang bagus bila diceritakan. Ternyata setelah
saya dari kantor desa saya pulang ke rumah karena surat yang dibuat kepala desa
harus dibuat terlebih dahulu, karim menghubungi saya bahwa legalitas sudah
diurus oleh pihak kecamatan karena kemarin pak nunung bertemu langsung dengan
pak camat. Sekali lagi terimakasih pak nunung kusnadi yang telah berkunjung
kemarin.
Setelah itu saya menyusul teman-teman yang sedang bertemu
dengan seorang bapak (namanya tidak kami sebutkan demi menjaga nama baik
beliau), salah satu petani dan tokoh masyarakat yang pernah menjadi anggota dpd.
Saya menyusul ke atas bukit dan saya mendapati pemandangan yang sangat indah
berupa jajaran bukit di puncak. Untuk bertemu mereka saya perlu ke kebun bukit
bagian atas tapi saya tidak bertemu dengan mereke karena lahan disini yang
cukup luas. Saya baru bertemu dengan teman saya saat turun bukit, mereka
menceritakan bahwa beliau merupakan salah satu mantan anggota dpd kabupaten bogor,
ia merupakan lulusan IKJ (Intitut Kesenian Jakarta). Ia keluar menjadi anggota
dpd karena melihat ke dalam internal yang kurang jujur dan ia terjun ke dalam
bidang pertanian. Ia merupakan sosok yang “keren” karena gaya bicaranya dan
penyampaiannya yang logis dan terarah mengenai pertanian di Indonesia walaupun
beliau bukan merupakan orang pertanian, ia juga sedikit banyak menyinggung
universitas kami haha kami terima itu. Teman-teman saya bercerita bahwa beliau
memberikan kondisi yang telah banyak dilaluinya. Sebelum menuju kepada beliau teman-teman
saya juga sudah menuju kepada bapak adi. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa ia
bekerja sama dengan sebuah perusahaan dengan sistem gaji dan bukan seorang
petani penyewa ataupun penggarap disana, sama dengan pak beni. Ia lebih mirip
kepada pekerja yang bekerja sebagai penggarap lahan suatu perusahaan, ia
bekerja dengan gaji tiap bulan dan beberapa tujuan yang harus dipenuhi.
Siang hari kami kembali ke penginapan untuk beristirahat
sejenak untuk solat dzuhur dan makan siang. Setelah beristirahat solat dan
makan kami melanjutkan perjalanna ke ketua gapoktan pak yahya. Disana kita
menggali informasi secara umum gapoktan tugu tani. Gapoktan ini terdiri dari 6
poktan yang bekerja di berbagai bidang, ada poktan sutan yang merupakan poktan
unggulan di tugu utara bahkan poktan ini telah memenangkan sebuah penghargaan
dari pemerintah. Poktan ini juga pernah menghadiri pameran hasil bumi berupa sayur-sayuran.
Adapula poktan KWT, poktan di bidang perikanan dan poktan peternakan. Poktan
sutan sendiri memiliki 25 anggota yaitu 15 anggota aktif dan 10 lainnya tidak.
Percakapan selanjutnya kami persempit ke dalam bidang
pertanian sayur-sayuran. Pak yahya memaparkan bahwa gapoktan tugu tani telah
melakukan sensus pertanian, ia melakukan beberapa percobaan dalam menghadapi
serangan hama dan penyakit. Salah satunya penyakit gada, yaitu akar sawi/caisin/brokoli
membesar seperti gondok, ia melakukan percobaan dalam mengatasi masalah ini
dengan penyiraman tanah pada masa persemaian menggunakan campuran air dan
kunyit, hasilnya efektif penyakit itu hilang pada bibit yang disiram dengan air
kunyit. Informasi ini tersebar luas hingga ke desa sebelah dan banyak yang
datang kepada pak yahya untuk sekedar membagi tips yang ia kembangkan sendiri. Beliau
sendiri hendak membotolkan hasil percobaannya sehingga bernilai komersial.
Beliau memaparkan gapoktan sendiri masih belum menjalankan
fungsinya salah satunya adalah menguatkan harga jual petani karena penghasilan
yang didapatkan dari hasil panen akan lebih lama turun kepada petani itu
sendiri. Hal ini disebabkan waktu pengumpulan dari petani, sehingga terlintas
beberapa program yang dapat kami rencanakan. Sehingga fungsi gapoktan hanya
sebatas mengumpulkan uang kas antar petani dan penguatan sistem jaringan
informasi antar petani.Para petani masih menjual hasil panennya kepada para
tengkulak yang datang mencari hasil panen ke desa kami.
Saya sendiri mendapat informasi dari teman-teman saya bahwa
petani dan warga sekitar disini masih individualistis karena kebanyakan dari
warga di desa kami bukanlah penduduk asli dari kampong ini. Mereka bukanlah
penduduk asli desa tugu utara melainkan penduduk yang berasal dari kota Jakarta
maupun bogor. Sehingga nilai-nilai yang dibawa menjadi menyatu di masyarakat
sekitar. Masyarakat lebih bangga menjadi seorang penjaga villa ataupun yang
membersihkan villa tersebut dengan gaji yang lebih pasti apabila dibandingkan
apabila menjadi petani penggarap lahan milik orang Jakarta.
Percakapan berlanjut pada permasalahan lahan yang sebagian
besar dan hampir tidak ada lagi lahan yang dimiliki oleh penduduk asli.
Permasalah lain berupa pembangunan villa di daerah resapan air yang dilindungi
oleh peraturan daerah bahwa daerah resapan air tidak boleh dibangun.
Villa-villa yang dibangun juga banyak yang tidak memiliki IMB (Ijin Mendirikan
Bangunan) karena memang bukan daerah yang boleh untuk didirikan bangunan.
Beberapa kasus menyebutkan bahwa banyak yang memiliki IMB ternyata IMB yang
diperoleh adalah IMB Aspal (Asli tapi Palsu). Pak yahya juga memaparkan bahwa
ia juga berusaha untuk mempertahankan villa untuk menjaga hubungan diantara
mereka dengan prosedur-prosedur yang dijalankan karena terjadi kasus 4 villa
dibongkar akan tetapi malah dibangun 10 bangunan villa baru.
Beberapa pemikiran berkelimat di otak 5 orang anak yang di
tugu utara untuk menyelesaikan beberapa permasalahan ini. Mungkin beberapa solusi
kita dapatkan secara teoritis semoga dapat berjalan dengan baik dan dapat
diimplementasikan dengan baik. Teori pada kasus tertentu sangat bertentangan
dengan keadaan dilapangan. Mari kita lihat seiring berjalannya waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar