Rabu, 26 Juni 2013

Catatan Gladikarya 3

Hari ketiga (Selasa, 25 Juni 2013)
Pagi ini adalah pagi yang paling dingin daripada kemarin. Kami memulai agenda kami membagi tugas menjadi 2 tim, tim untuk mengurus legalitas kami di kecamatan cisarua dan tim untuk mengobservasi potensi yang ada di desa tugu utara. Sebelum keberangkatan kami memasak makanan yang cukup banyak dan bervariasi daripada saat hari-hari lain, yah cukup istimewa dengan telur bumbu bali chef kami anis dan sayur tauge dengan irisan bawang caca si “jago masak” :p

Saya sendiri berangkat pukul 09.00 menuju kantor kepala desa tugu utara untuk mendapatkan surat pengantar kepada kecamatan karena akses menuju kecamatan cukup jauh maka saya naik motor dan keempat teman saya yang lain memulai observasinya kepada ketua rt kami pak beni. Selanjutnya saya mendapatkan beberapa hal yang kurang bagus bila diceritakan. Ternyata setelah saya dari kantor desa saya pulang ke rumah karena surat yang dibuat kepala desa harus dibuat terlebih dahulu, karim menghubungi saya bahwa legalitas sudah diurus oleh pihak kecamatan karena kemarin pak nunung bertemu langsung dengan pak camat. Sekali lagi terimakasih pak nunung kusnadi yang telah berkunjung kemarin.

Setelah itu saya menyusul teman-teman yang sedang bertemu dengan seorang bapak (namanya tidak kami sebutkan demi menjaga nama baik beliau), salah satu petani dan tokoh masyarakat yang pernah menjadi anggota dpd. Saya menyusul ke atas bukit dan saya mendapati pemandangan yang sangat indah berupa jajaran bukit di puncak. Untuk bertemu mereka saya perlu ke kebun bukit bagian atas tapi saya tidak bertemu dengan mereke karena lahan disini yang cukup luas. Saya baru bertemu dengan teman saya saat turun bukit, mereka menceritakan bahwa beliau merupakan salah satu mantan anggota dpd kabupaten bogor, ia merupakan lulusan IKJ (Intitut Kesenian Jakarta). Ia keluar menjadi anggota dpd karena melihat ke dalam internal yang kurang jujur dan ia terjun ke dalam bidang pertanian. Ia merupakan sosok yang “keren” karena gaya bicaranya dan penyampaiannya yang logis dan terarah mengenai pertanian di Indonesia walaupun beliau bukan merupakan orang pertanian, ia juga sedikit banyak menyinggung universitas kami haha kami terima itu. Teman-teman saya bercerita bahwa beliau memberikan kondisi yang telah banyak dilaluinya. Sebelum menuju kepada beliau teman-teman saya juga sudah menuju kepada bapak adi. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa ia bekerja sama dengan sebuah perusahaan dengan sistem gaji dan bukan seorang petani penyewa ataupun penggarap disana, sama dengan pak beni. Ia lebih mirip kepada pekerja yang bekerja sebagai penggarap lahan suatu perusahaan, ia bekerja dengan gaji tiap bulan dan beberapa tujuan yang harus dipenuhi.

Siang hari kami kembali ke penginapan untuk beristirahat sejenak untuk solat dzuhur dan makan siang. Setelah beristirahat solat dan makan kami melanjutkan perjalanna ke ketua gapoktan pak yahya. Disana kita menggali informasi secara umum gapoktan tugu tani. Gapoktan ini terdiri dari 6 poktan yang bekerja di berbagai bidang, ada poktan sutan yang merupakan poktan unggulan di tugu utara bahkan poktan ini telah memenangkan sebuah penghargaan dari pemerintah. Poktan ini juga pernah menghadiri pameran hasil bumi berupa sayur-sayuran. Adapula poktan KWT, poktan di bidang perikanan dan poktan peternakan. Poktan sutan sendiri memiliki 25 anggota yaitu 15 anggota aktif dan 10 lainnya tidak.

Percakapan selanjutnya kami persempit ke dalam bidang pertanian sayur-sayuran. Pak yahya memaparkan bahwa gapoktan tugu tani telah melakukan sensus pertanian, ia melakukan beberapa percobaan dalam menghadapi serangan hama dan penyakit. Salah satunya penyakit gada, yaitu akar sawi/caisin/brokoli membesar seperti gondok, ia melakukan percobaan dalam mengatasi masalah ini dengan penyiraman tanah pada masa persemaian menggunakan campuran air dan kunyit, hasilnya efektif penyakit itu hilang pada bibit yang disiram dengan air kunyit. Informasi ini tersebar luas hingga ke desa sebelah dan banyak yang datang kepada pak yahya untuk sekedar membagi tips yang ia kembangkan sendiri. Beliau sendiri hendak membotolkan hasil percobaannya sehingga bernilai komersial.

Beliau memaparkan gapoktan sendiri masih belum menjalankan fungsinya salah satunya adalah menguatkan harga jual petani karena penghasilan yang didapatkan dari hasil panen akan lebih lama turun kepada petani itu sendiri. Hal ini disebabkan waktu pengumpulan dari petani, sehingga terlintas beberapa program yang dapat kami rencanakan. Sehingga fungsi gapoktan hanya sebatas mengumpulkan uang kas antar petani dan penguatan sistem jaringan informasi antar petani.Para petani masih menjual hasil panennya kepada para tengkulak yang datang mencari hasil panen ke desa kami.

Saya sendiri mendapat informasi dari teman-teman saya bahwa petani dan warga sekitar disini masih individualistis karena kebanyakan dari warga di desa kami bukanlah penduduk asli dari kampong ini. Mereka bukanlah penduduk asli desa tugu utara melainkan penduduk yang berasal dari kota Jakarta maupun bogor. Sehingga nilai-nilai yang dibawa menjadi menyatu di masyarakat sekitar. Masyarakat lebih bangga menjadi seorang penjaga villa ataupun yang membersihkan villa tersebut dengan gaji yang lebih pasti apabila dibandingkan apabila menjadi petani penggarap lahan milik orang Jakarta.

Percakapan berlanjut pada permasalahan lahan yang sebagian besar dan hampir tidak ada lagi lahan yang dimiliki oleh penduduk asli. Permasalah lain berupa pembangunan villa di daerah resapan air yang dilindungi oleh peraturan daerah bahwa daerah resapan air tidak boleh dibangun. Villa-villa yang dibangun juga banyak yang tidak memiliki IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) karena memang bukan daerah yang boleh untuk didirikan bangunan. Beberapa kasus menyebutkan bahwa banyak yang memiliki IMB ternyata IMB yang diperoleh adalah IMB Aspal (Asli tapi Palsu). Pak yahya juga memaparkan bahwa ia juga berusaha untuk mempertahankan villa untuk menjaga hubungan diantara mereka dengan prosedur-prosedur yang dijalankan karena terjadi kasus 4 villa dibongkar akan tetapi malah dibangun 10 bangunan villa baru.

Beberapa pemikiran berkelimat di otak 5 orang anak yang di tugu utara untuk menyelesaikan beberapa permasalahan ini. Mungkin beberapa solusi kita dapatkan secara teoritis semoga dapat berjalan dengan baik dan dapat diimplementasikan dengan baik. Teori pada kasus tertentu sangat bertentangan dengan keadaan dilapangan. Mari kita lihat seiring berjalannya waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar