Hari keempat (Rabu, 26 Juni 2013)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh :) pagi ini saya
memulai segalanya. Mulai dari bangun, mandi, dan memasak saya orang yang
pertama kali melakukannya padahal saya kurang tidur sebenarnya. Saya memasak
sayur jamur asam pedas, ya lumayanlah untuk orang yang pertama kali membuatnya.
Agenda hari ini kami akan menjajaki BP3K (Badan Penyuluh Pertanian Perikanan
dan Kehutanan) untuk melakukan banding terkait kasus-kasus yang sudah kami dapati
selama 2 hari ini. Kami mendapat informasi dari pak camat agar mengunjungi BP3K
pada pukul 09.00 dan BP3K untuk kecamatan cisarua dan mega mendung terletak
tepat di sebelah Kantor Kecamatan Mega Mendung jadi kami memulai berangkat
lebih pagi dari biasanya. Daerah untuk mencapai kantor kecamatan juga sulit
untuk dijangkau karena terletak di daerah jalan tikus, tidak seperti kanor
kecamatan cisarua yang letaknya tepat di sebelah jalan raya puncak. Hanya saya
dan novita yang pergi menuju kantor BP3K.
Sesampainya di kantor BP3K kami hanya dapat menemui penjaga
dari kantor BP3K, kang dudu, karena pak edi ketua BP3K yang ingin kami temui
ternyata sedang melaksanakan rapat di kantor BKP. Akhirnya kami berbincang
dengan penjaga kantor yang ternyata sedikit banyak memilki beberapa informasi
bahwa kantor BP3K akan pindah ke daerah sukatani. Beberapa informasi yang
menempel di dinding pun kami catat. BP3K ini menaungi 2 kecamatan yaitu
kecamatan megamendung dan kecamatan cisarua yang berkoordinasi dengan UPT Ciawi.
Menurut kang dudu ini BP3K lebih terkonsentrasi pada penyuluhan kepada petani,
sedangkan untuk urusan teknis diserahkan kepada petani langsung dan beberapa
pihak terkait salah satunya UPT yang menaungi 3 kecamatan, kecamatan ciawi,
kecamatan mega mendung, dan kecamatan cisarua.
Kami langsung memutuskan untuk kembali pulang karena ada
beberapa rumusan yang ingin kami diskusikan. Perjalanan yang panjang dan juga
kemacetan membuat kami lelah dan memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu
sebelum berdiskusi. Setelah beristirahat selama kami makan siang terlebih
dahulu lalu melaksanakan diskusi dan bmendapatkan beberapa rumusan. Kami
merundingkan program apa yang akan dibahas dan diusung dari kegiatan gladikarya
ini dari pengamatan yang telah kami lakukan selama 2 hari ini. Akan tetapi hal
tersebut masih belum dapat merumuskan hal ini karena masih terlalu dini dan suasana
rekreasi sangat pekat disini sehingga beberapa teman saya terdiam haha.
Agenda selanjutnya yaitu mengunjungi RW, Kepala Desa, dan
tokoh masyarakat seperti alim ulama, kami masih belum dapat menemui mereka pada
hari pertama melaksanakan gladikarya karena banyak padatnya aktifitas yang
mereka jalankan. Jadi kami baru dapat menemui mereka di rumah mereka pada malam
hari. Pertama kami mengunjungi RW 04 ditemani oleh bapak beni ketua RT kami
karena akses untuk menjangkau rumah beliau sangat jauh bila di tempuh dengan
berjalan kaki apalagi di malam hari. Selama perjalanan mindset kami tentang
warga yang individualistis menghilang dari kepala kami karena di RT 01 sedang
melaksanakan pengajian, dan lebih banyak penduduk asli yang bertempat di daerah
tersebut. Sesampai di tempat kami disambut hangat oleh ketua RW dan istrinya
dengan air hangat pula. Setelah berbincang-bincang beberapa saat ternyata ketua
RW 04 memiliki hubungan erat dengan bapak beni karena pak nanang yang baru menjabat
sebagai ketua RW 04 selama setengah bulan ini merupakan paman dari pak beni.
Beberapa ketua RT yang berada di RW 04 juga masih memiliki hubungan darah
dengan pak beni dan pak nanang. Saya berpendapat bahwa keputusan ini diambil
warga karena memang keluarga ini sangat ramah dan terorganisir dengan baik. Tentu
dampak negative juga ada dari keputusan ini. Mungkin bisa dikaitkan dengan social
ekonomi seperti sikap individualistis warga yang terdapat pada RT kami. Ini
terjadi karena RT kami lebih padat dengan pemukiman yang biasa dijadikan villa
sedangkan daerah ini padat dengan rumah warga yang saling berdampingan.
Di dalam rumah bapak RW kami lebih mengenal profil bapak
nanang karena ia juga ketua RT 01 dan petugas satgas kecamatan cisarua. Ia memiliki
banyak jaringan dengan masyarakat. Disana kami mendapatkan informasi bahwa
beberapa mahasiswa Universitas Indonesia juga sedang melakukan praktek lapang
selama 1 bulan di tugu utara sebanyak 25 orang. Mahasiswa UI melakukan praktik
lapang ke arah pemberdayaan masyarakat, mungkin merupakan mahasiswa dari Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sehingga kami merencanakan untuk bertemu dengan
teman-teman kami dari UI esok hari di rumah pak yahya, ketua gapoktan yang kami
kunjungi hari kemarin. Kami juga mendapatkan informasi bahwa pak asep kepala
desa kami baru menjabat selama 3 bulan dan merupakan orang yang organisasi yang
notabene-nya “lebih gaul” karena ia adalah camat yang termuda di kabupaten
bogor. Tak heran untuk menemui beliau lebih mudah dan fleksibel. Pak RW juga
telah memberi izin tentu tujuan yang kami inginkan telah tercapai. Setelah
akrab dengan pak nanang kami berpamitan karena masih ada tujuan untuk
mengunjungi kepala desa sebagai pembimbing lapangan kami di desa tugu utara.
Rumah kepala desa ternyata tidak jauh karena masih di RT 01.
Alhamdulillah akhirnya kami dapat menemui kepala desa kami. Sesampainya disana
kepala desa memang ternyata sangat gaul. Dengan lawakannya yang khas ia membuat
kami ke zona nyaman apalagi disana kami mendapatkan jamuan the manis hangat
secara tidak langsung menghemat dua ribu rupiah di dramaga haha. Pak asep
menceritakan kondisi desa secara transparan. Bahwa desa memang sudah tidak lagi
bermata pencaharian utama sebagai petani. Beliau menjelaskan bahwa dahulu desa
tugu utara adalah desa yang sangat maju dengan mata pencaharian sebagai petani.
Dahulu desa memiliki luas daerah sekitar ±1500 hektar dan setelah ada kebijakan
pemerintah untuk menyumbangkan ±800 hektar daerahnya untuk perkebunan teh
tinggal sekitar ±500 hektar lahan yang ditanami untuk bertani. Saat itu desa
terkenal dengan penghasil jamur terbaik ada 2 jenis jamur yang sebutkan oleh
kepala desa. Ada jamur merang yang biasa dijual dan jamur yang lebih mahal daya
jualnya adalah jamur shitake. Perlahan-lahan daerah yang biasa dibuat untuk
bertani tergerus oleh tanaman batu yang tumbuh menjadi pondasi dan akhirnya
menjadi bangunan :P Dia menyebutkan wortel memang merupakan komoditi unggulan
di tugu utara. Kami tidak terlalu menggali informasi mengenai pertanian kepada
pak asep karena memang tujuan utama kami adalah untuk mendapatkan informasi
tambahan dan berupa dukungan. Tentunya kami tekankan pada percakapan terakhir kami
kepada kepala desa.
Setelah itu kami ditunjukkan jalan pintas untuk mencapat
jalan raya puncak apabila kita mengalami kemacetan oleh pak beni, dan
berpamitan sekaligus berterima kasih banyak dengan pak beni dan kang wawan yang
telah bersedia mengantarkan kami malam itu. Mungkin tidak banyak informasi yang
kami dapatkan di hari ini tapi tentunya agenda yang akan kami lakukan menjadi
jelas karena perkenalan ke semua tokoh telah kami lakukan dan akses telah
terbuka lebar pada hari ketiga ini dan tinggal melakukan pendalaman. Semoga program
yang kami rencanakan akan tepat guna dan berhasil. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar